Oleh : Moh. Fajrul Falak,S.Pd.
(Guru Matematika SMA Negeri 1 Margasari)
Kebanyakan siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang susah, banyak teori, abstrak dan tidak menarik untuk dipelajari apalagi di dalami. Stigma tersebut memang benar adanya. Tetapi matematika tetaplah matematika. Ia mempunyai keistimewaan tersendiri, dengan ke-abstrak-annya dan dengan banyak misterinya.
Bagi penulis, stigma tersebut merupakan tantangan bagi para penggiat matematika untuk merevolusi matematika itu sendiri agar matematika menjadi sebuah pelajaran yang mudah, konkret dan terlebih bisa menarik untuk dipelajari. Hal ini diharuskan, guna menghadapi era digital saat ini. Matematika harus menjadi sebuah “permainan” yang mengasyikkan untuk dipelajari dan menjadi sebuah “obat” yang mujarab untuk semua masalah di kehidupan nyata.
Sebuah pepatah “tak kenal maka tak sayang” layaknya pas dan klop untuk disandangkan pada matematika. Karena sejatinya kita sebenarnya belum mengenali matematika, sehingga kita belum memahami seberapa penting matematika. Mengapa demikian?. Jawabannya adalah karena matematika ada di sekitar kita dan matematika dibutuhkan di setiap aktivitas kita. Bukankah setiap pagi kita melihat waktu? Waktu adalah bagian dari matematika. Bukankah setiap saat kita menggunakan HP? HP ada karena logika matematika. Ibu yang berbelanja, bapak yang sedang berjualan, kakak yang bekerja, adik yang sedang bermain dan semua orang yang melakukan aktivitas di hari ini apakah luput dari yang namanya matematika? Tentu saja tidak. Sekecil apapun matematika akan selalu ada di kehidupan kita. Sadarkah kita, bahwa kita belum kenal apalagi sayang dengan matematika.
Barangkali contoh-contoh yang diutarakan diatas terkesan “lebay” dan mengada-ada. Tetapi faktanya memang begitu. Kita tidak bisa jauh dari matematika seperti smarthphone yang kita genggam . Kita tidak dapat lepas dari matematika seperti game online yang kita mainkan. Lalu masihkah kita enggan untuk sedikit memberi perhatian lebih pada matematika?. Hanya karena stigma-stigma di atas yang belum pasti keabsahannya.
Penulis berpendapat bahwa mudah sulitnya matematika itu relatif tergantung persepsi dan pemikiran masing-masing individu. Bahwa menarik tidaknya matematika itu berbeda antara satu kepala dengan kepala yang lain. Tetapi penting nya matematika itu mutlak dibutuhkan untuk semua individu.
Berkaca dari judul artikel ini, penulis yakin sejadi-jadinya bahwa matematika itu penting. Lebih penting dari hanya sekedar mendapatkan nilai yang sempurna sewaktu kita duduk di bangku sekolah. Lebih penting dari hanya sekedar merengkuh gelar jawara olimpiade nasional bahkan internasional. Atau juga lebih penting dari hanya sekedar memperoleh cap “anak pintar” di kelas unggulan. Lebih dari itu, matematika jauh lebih penting untuk mengatasi persoalan hidup dari tingkat sederhana sampai kompleks. Matematika jauh lebih penting untuk mengatasi kesenjangan sosial antara si miskin dan si kaya. Dan lebih lebih matematika juga penting untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa kita. Karena hakikatnya matematika penting sebagai “obat dan vaksin” untuk kita semua.
Argumen ini muncul sebagai buah pemikiran, buih keinginan dan benih motivasi bagi diri pribadi penulis maupun bagi pembaca untuk lebih mengenali dan selanjutnya menyayangi matematika lebih dari yang kita kenal dan kita sayang saat sebelumnya. Opini ini sekaligus berupaya untuk mempersuasif dan mengajak anak-anak khususnya para generasi muda untuk lebih semangat dalam belajar dan bersekolah meraih cita, asa dan harapan untuk hari esok yang lebih “padang”. Bukankah sudah sering kita mendengar istilah “Hari esok harus lebih baik dari hari ini”?. Sesering kita mengecek status di aplikasi medsos kegemaran kita. Untuk itu, semangatlah belajar meraih masa depan yang cemerlang. Salam literasi numerik…
Mantap pak Guru
I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.