Terjadinya pandemi covid-19 sangat berdampak pada dunia pendidikan. Proses pembelajaran yang biasanya dilaksanakan secara tatap muka, sudah lebih dari 1 tahun ini berganti dilaksanakan secara daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Memasuki akhir tahun 2021 dimana kondisi pandemi covid-19 yang semakin membaik, kini mulai diberlakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas.
Perubahan dari sistem PJJ menjadi PTM terbatas bukan tanpa kendala. Seperti halnya pada awal pandemi covid-19 ketika diberlakukannya PJJ baik guru maupun siswa butuh adaptasi yang memakan waktu tidak sebentar. Ketersediaan sarana PJJ serta faktor manusia baik dari unsur guru maupun siswa menjadi 2 hal yang sering menjadi penghambat dalam PJJ, sehingga pelaksanaan PJJ dirasa kurang optimal. Diberlakukannya PTM terbatas setelah 1 tahun lebih menjalani PJJ menjadi kabar baik bagi guru maupun siswa. Disatu sisi, pemberlakuan PTM terbatas bisa dijadikan momen pembuktian baik oleh guru maupun siswa terkait interaksi yang terjadi antara guru dan siswa selama menjalani PJJ. Disisi lain pelaksanaan PTM terbatas bukan tanpa syarat. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pihak sekolah untuk dapat menyelenggarakan PTM terbatas.
Dengan segala konsekuensi yang harus dipenuhi dan dijalankan dalam menyelenggarakan PTM terbatas diantaranya terkait jumlah kehadiran maksimal siswa dan pengaturan alokasi waktu belajar, tentunya diperlukan strategi dalam melaksanakan PTM terbatas ini agar ada perubahan ke arah positif dalam hal hasil belajar siswa. Jangan sampai setelah dilaksanakannya PTM terbatas hasil belajar siswa tidak lebih daripada hasil belajar siswa saat PJJ. Untuk itu dalam menghadapi PTM terbatas ini, dengan segala keterbatasan yang menyertainya, guru perlu menggunakan strategi pembelajaran yang efektif.
Dalam PTM terbatas ini, mata pelajaran matematika kelas X mendapatkan kesempatan tatap muka dengan durasi waktu kali dari jumlah jam pelajaran matematika biasanya. Tidak hanya itu, jumlah siswa yang mengikuti PTM terbatas untuk masing-masing kelas juga hanya dibatasi sebanyak 50% dari jumlah keseluruhan siswa di kelas tersebut. Ini berarti setiap siswa hanya mendapatkan kali dari jumlah keseluruhan jam pelajaran dalam kondisi normal. Menyikapi hal tersebut, ada beberapa hal yang saya lakukan untuk menyiasatinya, yaitu Pemahaman Konsep dan Penerapan Limit.
Jadi, hal pertama yang saya lakukan dalam menjalankan PTM terbatas ini adalah selama proses pembelajaran di kelas, difokuskan pada penyampaian konsep dasar dari materi yang akan dipelajari. Hal itu dilakukan dengan harapan siswa dapat memahami konsep dasar dari materi yang dipelajari. Jika siswa dapat memahami konsep dasar dari materi tersebut, maka siswa dapat memperluas penguasaan pada materi tersebut.
Hal kedua yang saya lakukan dalam menjalankan PTM terbatas ini adalah penerapan limit. Limit yang dimaksud disini ada dua. Pertama limit dalam matematika yang berarti pendekatan. Dan yang kedua limit dalam konteks bahasa yang berati batas. Penerapan limit yang pertama yang dimaksud disini adalah kompetensi minimum yang akan dicapai diupayakan mendekati kompetensi minimum yang ditetapkan pada saat pembelajaran normal (sebelum pandemi). Sedangkan penerapan limit yang kedua adalah menerapkan batas pada materi yang akan disampaikan. Hal ini perlu dilakukan agar materi yang disampaikan tidak melebar terlalu luas mengingat PTM terbatas ini dilaksanakan dengan penuh keterbatasan. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi juga sudah membuat kebijakan tentang Kurikulum Darurat dalam masa pandemi ini. Dalam kurikulum darurat tersebut, ada beberapa penyesuaian materi belajar yang bersifat “meringankan” sehingga dapat membuat beban belajar siswa menjadi berkurang.
Dengan penerapan limit (pembatasan materi) dalam pembelajaran dan fokus penyampaian materi pada pemahaman konsep akan cukup efektif dalam pembelajaran di kelas selama berlangsungnya PTM terbatas ini. Diharapkan dengan efektifitas PTM terbatas ini pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan dan hasil belajarnya dapat lebih baik jika dibandingkan pada saat PJJ. Tidak hanya itu saja, kompetensi minimum yang dicapai siswa juga akan tetap terjaga, walaupun mungkin tidak 100% mencapai kompetensi minimum yang ditetapkan pada kurikulum normal (sebelum pandemi) namun paling tidak bisa mendekati pencapaian kompetensi minimum tersebut
– Andi Ashari, S.Pd. –
Very interesting topic, appreciate it for posting.Raise range
Thanks for sharing. I read many of your blog posts, cool, your blog is very good.
Thanks for sharing. I read many of your blog posts, cool, your blog is very good.